"...and not a leaf falls but Allah swt knows it..." (Q.S. Al-an'am:59)
Tidak
ada hal yang kebetulan di muka bumi ini. Bahkan sehelai daun pun yang gugur dan
mendarat di muka bumi telah Allah gariskan dalam kalam Ilahi. Begitu juga
dengan kita, terlahir ke dunia bukanlah sekedar basa-basi. Tapi Allah swt
memiliki maksud yang berarti. Apakah kita menjadi seorang hamba yang
menjalankan setiap kewajiban yang diberi ataukah kita menjadi seorang hamba
yang lupa diri. Semua adalah ujian di muka bumi. Dalam sebuah hadist Rasulullah
mengingatkan kita bahwa orang yang cerdas adalah yang sering mengingat bahwa
kelak ia akan kembali. Dan sejauh mana kita telah mempersiapkan diri?
‘Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?’
Beliau menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.’
‘Mukmin manakah yang paling cerdas?’, tanya lelaki itu lagi. Beliau menjawab:
“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah)
Dunia
ini memang melalaikan. Khilaf dan lupa sering kali dikambing hitamkan. Padahal
ada hati yang menjadi sumber niat dari segala perbuatan. Untuk Allah atau untuk
seseorangkah setiap amal itu dilakukan.
Disadari
ataupun tidak, terkadang kesendirian itulah yang membutakan. karna manusia
adalah inti dari keslahan. Maka berjama’ah begitu ideal bila diperjuangkan. Disanalah
kita belajar saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.
Saya
jadi teringat obrolan hangat yang kala itu pernah saya dan beberapa teman
lakukan di Berlin. Saat itu ada sekitar 20 anak muda yang hadir dalam pertemuan singkat
dan padat tersebut. Saya terharu melihat mereka-mereka yang lebih muda dari
saya ternyata memiliki semangat yang begitu besar akan nasib umat dimasa yang
mendatang. mashaaAllah.
Ada
sebuah kisah yang masih membekas dikepala saya dari obrolan malam tersebut.
Salah seorang senior mengisahkan tentang nabi Yahya dihadapan kami. Ia
menceritakan kisah nabi Yahya As yang kala itu berumur 3 tahun, namun hidupnya
penuh dengan hikmah.
“Wahai Yahya! Ambillah (pelajarilah)
Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.”Dan Kami Berikan hikmah kepadanya
(Yahya) selagi dia masih kanak-kanak.” (Qs. Maryam: 12)
Kita
tentu masih bisa membayangkan, sejauh mana diri ini saat berumur 3 tahun. Ada
diantara kita yang mungkin mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
Playgroup, masuk TK, atau mungkin di les kan sana sini oleh kedua orangtua.
Semua terasa begitu indah. Karna hanya dunia kenyamanan yang kita rasakan. Bermain pun menjadi hal yang diutamakan. Namun tidak begitu dengan nabi yahya alaihissalam.
Berdasarkan
tafsir ibnu katsir, kala itu nabi Yahya diajak bermain oleh teman-temannya,
„Yahya.. Yahya kita main yuuk“, kira kira seperti itulah ajakannya. Bagi kita,
tentu bermain adalah hal yang wajar bagi setiap anak seumuran nabi Yahya As.
Tapi nabi Yahya As memiliki jawaban yang luar biasa. Yahya bin Zakariya pun
menjawab: Bukan untuk bermain, aku
diciptakan. ya bukan untuk bermain, aku diciptakan. mashaaAllah sebuah ucapan penuh hikmah dari seorang anak
berusia 3 th.
Dan
Kami Berikan hikmah kepada Yahya selagi dia masih kanak-kanak. yaitu:
pemahaman, ilmu, kesungguhan, tekad, menyambut kebaikan, serius menjalaninya
dan bersungguh-sungguh di dalamnya pada usia belia. mashaaAllah inilah untaian
tafsir ibnu katsir dari Q.S. Maryam ayat 12 tersebut.
Ketika
seorang anak berusia 3 th telah mampu berfikir bahwa bukan untuk bermain ia
diciptakan. Lantas bagaimana dengan kita yang telah bertahun-tahun di muka bumi
ini. Visi misi apa yang telah kita persiapkan untuk kampung halaman nanti. Dan
hal apa yang ingin kita wariskan apabila diri ini pergi.
Malu
rasanya ketika banyak hal yang belum diketahui. Padahal itu adalah kewajiban
yang harus dijalankan. Seakan diri bertanya kemana aja hidup selama ini? Semoga
Allah mengampuni segala kelalaian.
Umur
bertambah setiap tahun, dan usia pun terus berkurang. Saya masi teringat
kata-kata salah seorang junior saya yang begitu singkat, padat dan ngebatin ketika diingat. Waktu itu sekitar 2 tahunan yang lalu dia bertanya
kepada saya, „udah hafal berapa juz kak?“. Dengan santainya saya nanya balik,
„belum ada, kenapa emang?“. „juz 30 pun belum kak?“ dia pun bertanya kembali. „iya
belum“ kata saya singkat. Terus dengan lantang dan mantap dia berkata kepada saya „ya
Allah kak rizka 20 tahun hidup di dunia ngapain aja kak???malu kak sama yang di
Palestina. Mereka masi kecil udah pada hafal Qur’an. Lah kak rizka satu pun
belum. Ckckckck“. Astaghfirullah malu banget rasanya. jadi mikir sendiri udah ngapain aja selama ini. ada baiknya apabila "merenung" kita jadikan rutinitas untuk muhasabah dan introspeksi.
Semoga
Allah swt menunjukkan jalan yang lurus kepada kita, yaitu jalan untuk orang
orang yang diridhoi. Dan semoga Allah perlihatkanlah kepada kita yg benar itu
benar, dan diberikan kemudahan untuk mengikutinya. Dan menunjukkan kepada kita
yang salah itu salah, dan diberi kemampuan untuk menghindarinya. Dan semoga
Allah swt menjadikan kita pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa. Aamiin
Bangun
dari tidur dengan jiwa yang sehat
Terus
bergerak tuk menebar manfaat
Setiap
kritik nasihat jadikan penyemangat
Tak
ada kata terlambat sebelum diliang lahat
Liebe Grüße,
@rizkachab
Keine Kommentare:
Kommentar veröffentlichen