Freitag, 30. Januar 2015

BUKAN TUK BERMAIN KITA DICIPTAKAN

"...and not a leaf falls but Allah swt knows it..." (Q.S. Al-an'am:59)

Tidak ada hal yang kebetulan di muka bumi ini. Bahkan sehelai daun pun yang gugur dan mendarat di muka bumi telah Allah gariskan dalam kalam Ilahi. Begitu juga dengan kita, terlahir ke dunia bukanlah sekedar basa-basi. Tapi Allah swt memiliki maksud yang berarti. Apakah kita menjadi seorang hamba yang menjalankan setiap kewajiban yang diberi ataukah kita menjadi seorang hamba yang lupa diri. Semua adalah ujian di muka bumi. Dalam sebuah hadist Rasulullah mengingatkan kita bahwa orang yang cerdas adalah yang sering mengingat bahwa kelak ia akan kembali. Dan sejauh mana kita telah mempersiapkan diri?

‘Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?’
Beliau menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.’
‘Mukmin manakah yang paling cerdas?’, tanya lelaki itu lagi. Beliau menjawab:
Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah)

Dunia ini memang melalaikan. Khilaf dan lupa sering kali dikambing hitamkan. Padahal ada hati yang menjadi sumber niat dari segala perbuatan. Untuk Allah atau untuk seseorangkah setiap amal itu dilakukan.
Disadari ataupun tidak, terkadang kesendirian itulah yang membutakan. karna manusia adalah inti dari keslahan. Maka berjama’ah begitu ideal bila diperjuangkan. Disanalah kita belajar saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.
Saya jadi teringat obrolan hangat yang kala itu pernah saya dan beberapa teman lakukan di Berlin. Saat itu ada sekitar 20 anak muda yang hadir dalam pertemuan singkat dan padat tersebut. Saya terharu melihat mereka-mereka yang lebih muda dari saya ternyata memiliki semangat yang begitu besar akan nasib umat dimasa yang mendatang. mashaaAllah.
Ada sebuah kisah yang masih membekas dikepala saya dari obrolan malam tersebut. Salah seorang senior mengisahkan tentang nabi Yahya dihadapan kami. Ia menceritakan kisah nabi Yahya As yang kala itu berumur 3 tahun, namun hidupnya penuh dengan hikmah.

“Wahai Yahya! Ambillah (pelajarilah) Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.”Dan Kami Berikan hikmah kepadanya (Yahya) selagi dia masih kanak-kanak.” (Qs. Maryam: 12)

Kita tentu masih bisa membayangkan, sejauh mana diri ini saat berumur 3 tahun. Ada diantara kita yang mungkin mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Playgroup, masuk TK, atau mungkin di les kan sana sini oleh kedua orangtua. Semua terasa begitu indah. Karna hanya dunia kenyamanan yang kita rasakan. Bermain pun menjadi hal yang diutamakan. Namun tidak begitu dengan nabi yahya alaihissalam.
Berdasarkan tafsir ibnu katsir, kala itu nabi Yahya diajak bermain oleh teman-temannya, „Yahya.. Yahya kita main yuuk“, kira kira seperti itulah ajakannya. Bagi kita, tentu bermain adalah hal yang wajar bagi setiap anak seumuran nabi Yahya As. Tapi nabi Yahya As memiliki jawaban yang luar biasa. Yahya bin Zakariya pun menjawab: Bukan untuk bermain, aku diciptakan. ya bukan untuk bermain, aku diciptakan. mashaaAllah sebuah ucapan penuh hikmah dari seorang anak berusia 3 th.
Dan Kami Berikan hikmah kepada Yahya selagi dia masih kanak-kanak. yaitu: pemahaman, ilmu, kesungguhan, tekad, menyambut kebaikan, serius menjalaninya dan bersungguh-sungguh di dalamnya pada usia belia. mashaaAllah inilah untaian tafsir ibnu katsir dari Q.S. Maryam ayat 12 tersebut.
Ketika seorang anak berusia 3 th telah mampu berfikir bahwa bukan untuk bermain ia diciptakan. Lantas bagaimana dengan kita yang telah bertahun-tahun di muka bumi ini. Visi misi apa yang telah kita persiapkan untuk kampung halaman nanti. Dan hal apa yang ingin kita wariskan apabila diri ini pergi.
Malu rasanya ketika banyak hal yang belum diketahui. Padahal itu adalah kewajiban yang harus dijalankan. Seakan diri bertanya kemana aja hidup selama ini? Semoga Allah mengampuni segala kelalaian.
Umur bertambah setiap tahun, dan usia pun terus berkurang. Saya masi teringat kata-kata salah seorang junior saya yang begitu singkat, padat dan ngebatin ketika diingat. Waktu itu sekitar 2 tahunan yang lalu dia bertanya kepada saya, „udah hafal berapa juz kak?“. Dengan santainya saya nanya balik, „belum ada, kenapa emang?“. „juz 30 pun belum kak?“ dia pun bertanya kembali. „iya belum“ kata saya singkat. Terus dengan lantang dan mantap dia berkata kepada saya „ya Allah kak rizka 20 tahun hidup di dunia ngapain aja kak???malu kak sama yang di Palestina. Mereka masi kecil udah pada hafal Qur’an. Lah kak rizka satu pun belum. Ckckckck“. Astaghfirullah malu banget rasanya. jadi mikir sendiri udah ngapain aja selama ini. ada baiknya apabila "merenung" kita jadikan rutinitas untuk muhasabah dan introspeksi.
Semoga Allah swt menunjukkan jalan yang lurus kepada kita, yaitu jalan untuk orang orang yang diridhoi. Dan semoga Allah perlihatkanlah kepada kita yg benar itu benar, dan diberikan kemudahan untuk mengikutinya. Dan menunjukkan kepada kita yang salah itu salah, dan diberi kemampuan untuk menghindarinya. Dan semoga Allah swt menjadikan kita pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa. Aamiin

Bangun dari tidur dengan jiwa yang sehat
Terus bergerak tuk menebar manfaat
Setiap kritik nasihat jadikan penyemangat
Tak ada kata terlambat sebelum diliang lahat

Liebe Grüße,
@rizkachab

Keine Kommentare:

Kommentar veröffentlichen