Montag, 3. August 2015

PAGI YANG MENYADARKAN


“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”
(Q.S. Ali-Imran:190)


Bulan perlahan menghilang dari peraduannya. Matahari mulai memancarkan cahayanya sedikit demi sedikit, pertanda bahwa hari memang telah berganti dan berbagai aktivitas mulai terlihat oleh jutaan pasang mata di hamparan ibu pertiwi. Inilah salah satu tanda kebesaran ilahi.
Pagi telah kembali, dengan mengucap basmalah berharap Allah ridho dengan perjalanan ini. Kaki terus melangkah, menapaki jalanan yang dihiasi dengan lubang serta bebatuan yang berserakan tak tertimbun oleh aspal. Mata terus melihat kedepan memperhatikan hiruk pikuk para insan dipinggiran kota metropolitan. Keramaian, kemacetan, kesemrawutan, bahkan polusi udara di pagi hari pun hampir setiap hari dirasakan.
Rasa syukur yang menguatkan kaki terus berjalan, melihat banyak pemandangan yang seringkali mengharukan. Seorang ibu yang menggendong dan memeluk anaknya ditengah desak dan keramaian, seorang bapak yang berdagang keliling ditengah terik siang, serta aktivitas para insan lainnya yang sedari pagi berjuang untuk mencari ilmu ataupun mencari segenggam harta agar keluarganya dapat makan.
Semua terlihat begitu indah karna kesabaran. Melalui rutinitas yang berat namun tetap dengan senyuman. Lalu apa yang masih dikeluhkan? Rasanya masalah diri tak ada apa-apanya jika harus dibandingkan.
Setiap orang memang memiliki rutinitas yang berbeda, serupa namun pasti tak sama. Dan tentu masalah dan cobaan yang Allah berikan pun akan berbeda. Ustadz Rahmat Abdullah pernah berpesan:
„Setiap kita akan senantiasa diuji oleh Allah SWT pada titik-titik kelemahan kita.
Orang yang lemah dalam urusan uang namun kuat terhadap fitnah jabatan dan wanita, tidak akan pernah diuji dengan wanita atau jabatan.
Tetapi orang yang lemah dalam urusan wanita namun kuat dalam urusan uang, tidak akan pernah diuji dengan masalah keuangan.
Orang yang mudah tersinggung dan gampang marah akan senantiasa dipertemukan oleh Allah dengan orang yang akan membuatnya tersinggung dan marah sampai ia bisa memperbaiki titik kelemahannya itu sehingga menjadi tidak mudah tersinggung dan tidak pemarah...“

Itulah sepenggal pesan dari almarhum ustadz Rahmat. Setiap orang akan senantiasa diuji oleh Allah swt pada titik kelemahannya. Apakah ujian ujian ini akan menjadi perantara menuju Allah atau justru sebaliknya.
Saya teringat ada beberapa sahabat indonesia saya di Jerman yang Allah swt uji dengan hal yang serupa tapi tak sama. Dua diantaranya adalah Si A dan si B. mereka sama sama ingin ke Indonesia pada liburan musim panas kali ini, namun ujian yang Allah berikan berbeda. Keduanya tetap bertahan di Jerman sampai detik ini sebagai upaya untuk mencari solusi.
A adalah salah seorang student Indonesia yang sudah bertahun-tahun di Jerman. Ia ingin sekali bersilaturrahim dengan keluarga besarnya yang sudah lama tak ia jumpai. Namun A tidak memiliki uang yang cukup untuk ke Indonesia. Maka student ini pun mencari pekerjaan sampingan untuk menghidupi dirinya di tanah rantau sekaligus mencari biaya agar bisa berlibur ke Indonesia.
Sedangkan B adalah seorang student yang berasal dari keluarga berkecukupan. Hampir tiap tahun dia dapat kembali ke Indonesia. Begitupun dengan tahun ini. Berkali kali orangtuanya menyarankan ia agar ke Indonesia untuk mengisi libur musim panasnya. Namun Allah memberikan ujian yang lain.
Rasa rindu yang begitu besar kepada keluarga pasti dirasakan oleh B. keinginan untuk memeluk ayah bunda atau sekedar berjalan bersama saudara pasti menjadi impian hampir semua perantau di muka bumi. Tapi B harus bersabar. Karna keluarganya tak sama dengan dirinya. Ada aqidah yang harus ia pertahankan, Ada iman yang harus ia pupuk sebelum kembali keperantauan. Dan ada orangtua yang belum siap menerima kenyataan. Semua perlu proses dan itu tidaklah sebentar.
MashaaAllah ternyata harta yang ia miliki, waktu senggang yang ia punya belum cukup untuk membuat B berlibur keperantauan. inilah contoh masalah yang serupa tapi tak sama. A memiliki masalah finansial sedangkan B memiliki masalah keluarga, yang keduanya sama sama membuat mereka belum bisa untuk berlibur ke Indonesia kali ini.
Ujian apapun yang Allah berikan, baik waktu, harta, akademis, keluarga atau jutaan masalah lainnya. Yakinlah bahwa Allah swt sedang rindu dengan rintih dan doa doa kita. Rindu dengan tetesan air mata penuh harap seorang hambanya. Rindu dengan istighfar para pemikul amanah-Nya.
Kerja keras yang kita lakukan siang malam untuk menghidupi keluarga, belajar lembur dari pagi sampe sore, ataupun berbakti dengan mengikuti semua keinginan orangtua tidaklah cukup jika Allah dan Rasul-Nya tidak lebih dulu diutamakan. Akan sia-sia jika bukan karna Allah swt semua dilakukan. Istighfar dan kembali meluruskan niat pun sudah seharusnya disegerakan.
Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNYA dan dari berjihad di jalan NYA, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (Q.S. Attaubah: 24)

            Bersyukur dan bersabar. Dua kata yang ringan diucapkan namun perlu praktik yang sungguh sungguh dalam aplikasi kehidupan. Keduanya merupakan kunci utama sebuah kebahagiaan. Maka tersenyumlah dan yakin bahwa Allah jauh lebih hebat dari apapun masalah yang diberikan. karna sesungguhnya masalah itu datang dari Allah dan Dia pulalah yang akan memberi solusinya. Don’t worry be happy :’)
yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Q.S. Ar-Ra'd: 28)

tertunduk lemah meratapi diri
memikirkan Ia sang pemilik janji
bertebarlah di penjuru muka bumi
maka nikmat mana lagi yang didustai

liebe Grüße,

@rizkachab

Keine Kommentare:

Kommentar veröffentlichen