“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal”
(Q.S. Ali-Imran:190)
Bulan
perlahan menghilang dari peraduannya. Matahari mulai memancarkan cahayanya
sedikit demi sedikit, pertanda bahwa hari memang telah berganti dan berbagai
aktivitas mulai terlihat oleh jutaan pasang mata di hamparan ibu pertiwi. Inilah
salah satu tanda kebesaran ilahi.
Pagi
telah kembali, dengan mengucap basmalah berharap Allah ridho dengan perjalanan
ini. Kaki terus melangkah, menapaki jalanan yang dihiasi dengan lubang serta
bebatuan yang berserakan tak tertimbun oleh aspal. Mata terus melihat kedepan
memperhatikan hiruk pikuk para insan dipinggiran kota metropolitan. Keramaian,
kemacetan, kesemrawutan, bahkan polusi udara di pagi hari pun hampir setiap
hari dirasakan.
Rasa
syukur yang menguatkan kaki terus berjalan, melihat banyak pemandangan yang
seringkali mengharukan. Seorang ibu yang menggendong dan memeluk anaknya
ditengah desak dan keramaian, seorang bapak yang berdagang keliling ditengah
terik siang, serta aktivitas para insan lainnya yang sedari pagi berjuang untuk
mencari ilmu ataupun mencari segenggam harta agar keluarganya dapat makan.
Semua
terlihat begitu indah karna kesabaran. Melalui rutinitas yang berat namun tetap
dengan senyuman. Lalu apa yang masih dikeluhkan? Rasanya masalah diri tak ada
apa-apanya jika harus dibandingkan.
Setiap
orang memang memiliki rutinitas yang berbeda, serupa namun pasti tak sama. Dan
tentu masalah dan cobaan yang Allah berikan pun akan berbeda. Ustadz Rahmat
Abdullah pernah berpesan:
„Setiap
kita akan senantiasa diuji oleh Allah SWT pada titik-titik kelemahan kita.
Orang yang lemah dalam urusan uang namun
kuat terhadap fitnah jabatan dan wanita, tidak akan pernah diuji dengan wanita
atau jabatan.
Tetapi orang yang lemah dalam urusan
wanita namun kuat dalam urusan uang, tidak akan pernah diuji dengan masalah
keuangan.
Orang yang mudah tersinggung dan gampang
marah akan senantiasa dipertemukan oleh Allah dengan orang yang akan membuatnya
tersinggung dan marah sampai ia bisa memperbaiki titik kelemahannya itu
sehingga menjadi tidak mudah tersinggung dan tidak pemarah...“
Itulah
sepenggal pesan dari almarhum ustadz Rahmat. Setiap orang akan senantiasa diuji
oleh Allah swt pada titik kelemahannya. Apakah ujian ujian ini akan menjadi
perantara menuju Allah atau justru sebaliknya.
Saya
teringat ada beberapa sahabat indonesia saya di Jerman yang Allah swt uji
dengan hal yang serupa tapi tak sama. Dua diantaranya adalah Si A dan si B.
mereka sama sama ingin ke Indonesia pada liburan musim panas kali ini, namun
ujian yang Allah berikan berbeda. Keduanya tetap bertahan di Jerman sampai
detik ini sebagai upaya untuk mencari solusi.
A
adalah salah seorang student Indonesia yang sudah bertahun-tahun di Jerman. Ia
ingin sekali bersilaturrahim dengan keluarga besarnya yang sudah lama tak ia
jumpai. Namun A tidak memiliki uang yang cukup untuk ke Indonesia. Maka student
ini pun mencari pekerjaan sampingan untuk menghidupi dirinya di tanah rantau
sekaligus mencari biaya agar bisa berlibur ke Indonesia.
Sedangkan
B adalah seorang student yang berasal dari keluarga berkecukupan. Hampir tiap
tahun dia dapat kembali ke Indonesia. Begitupun dengan tahun ini. Berkali kali
orangtuanya menyarankan ia agar ke Indonesia untuk mengisi libur musim
panasnya. Namun Allah memberikan ujian yang lain.
Rasa
rindu yang begitu besar kepada keluarga pasti dirasakan oleh B. keinginan untuk
memeluk ayah bunda atau sekedar berjalan bersama saudara pasti menjadi impian
hampir semua perantau di muka bumi. Tapi B harus bersabar. Karna keluarganya
tak sama dengan dirinya. Ada aqidah yang harus ia pertahankan, Ada iman yang
harus ia pupuk sebelum kembali keperantauan. Dan ada orangtua yang belum siap
menerima kenyataan. Semua perlu proses dan itu tidaklah sebentar.
MashaaAllah
ternyata harta yang ia miliki, waktu senggang yang ia punya belum cukup untuk
membuat B berlibur keperantauan. inilah contoh masalah yang serupa tapi tak
sama. A memiliki masalah finansial sedangkan B memiliki masalah keluarga, yang
keduanya sama sama membuat mereka belum bisa untuk berlibur ke Indonesia kali
ini.
Ujian
apapun yang Allah berikan, baik waktu, harta, akademis, keluarga atau jutaan
masalah lainnya. Yakinlah bahwa Allah swt sedang rindu dengan rintih dan doa
doa kita. Rindu dengan tetesan air mata penuh harap seorang hambanya. Rindu
dengan istighfar para pemikul amanah-Nya.
Kerja
keras yang kita lakukan siang malam untuk menghidupi keluarga, belajar lembur
dari pagi sampe sore, ataupun berbakti dengan mengikuti semua keinginan
orangtua tidaklah cukup jika Allah dan Rasul-Nya tidak lebih dulu diutamakan.
Akan sia-sia jika bukan karna Allah swt semua dilakukan. Istighfar dan kembali
meluruskan niat pun sudah seharusnya disegerakan.
Katakanlah: "jika bapa-bapa,
anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang
kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal
yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNYA dan dari
berjihad di jalan NYA, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan
NYA". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
(Q.S. Attaubah: 24)
Bersyukur dan bersabar. Dua kata yang
ringan diucapkan namun perlu praktik yang sungguh sungguh dalam aplikasi
kehidupan. Keduanya merupakan kunci utama sebuah kebahagiaan. Maka tersenyumlah
dan yakin bahwa Allah jauh lebih hebat dari apapun masalah yang diberikan.
karna sesungguhnya masalah itu datang dari Allah dan Dia pulalah yang akan
memberi solusinya. Don’t worry be happy :’)
yaitu orang-orang yang beriman dan hati
mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Q.S. Ar-Ra'd: 28)
tertunduk
lemah meratapi diri
memikirkan
Ia sang pemilik janji
bertebarlah di penjuru muka bumi
maka
nikmat mana lagi yang didustai
liebe
Grüße,
@rizkachab
Keine Kommentare:
Kommentar veröffentlichen