Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh
doc: https://alficrot.files.wordpress.com/2012/03/aceh-baiturrahman.jpg
13 tahun sudah
aku tak mengunjungi Banda Aceh. salah satu kota masa kecilku. Sejak TK aku
berada disana. Lima tahun lebih kami sekeluarga tinggal di Banda Aceh, dan
tentu begitu banyak kenangan yang dirasa. Begitupun oleh saudara-saudaraku yang
lain. Banda Aceh begitu luar biasa kala itu.
Bagaikan seseorang yang sedang diuji dan terluka di sekujur tubuh, namun
ia tetap tegar, tak menjauh dari Tuhannya, dan tetap berprinsip keimanan bahwa Allah swt akan selalu bersamanya.
Walaupun Banda
Aceh termasuk daerah konflik kala itu, tembak tembakan disana sini, tangisan
mama saat mengetahui kak kiki atau bang iim belum pulang dikala maghrib, ataupun
tamu-tamu tak diundang yang tiba-tiba datang kerumah menghampiri. Semua
menyimpan sejuta memori. Hal-hal yang kusaksikan oleh panca inderaku, namun
sedikitpun tak mengganggu masa kecilku. Sama sekali tidak pernah menyurutkan
semangatku untuk bermain, belajar dan beraktifitas. Justru Banda
Aceh menjadi kota yang membuatku banyak belajar.
Ada banyak
kegiatan masa kecilku yang mengesankan di Aceh, mulai dari menuntut ilmu di
madrasah ibtidayah, bermain sepuasnya bersama teman komplekku disiang bolong,
pergi ke TPA di sore hari, dan bermain di pantai hampir setiap akhir pekan menjadi
sarana rekreasi tersendiri bagiku dan keluarga.
Diantara semua
kegiatan tadi, pergi ke TPA-lah yang menjadi aktifitas favoritku. Bermain dan
belajar lengkap menjadi satu di tempat bersejarah itu, TPA Al-muttaqin namanya.
Tak jauh dari komplek tempat tinggalku. Disana ada banyak ustadz-ustadzah yang menarik
perhatian. Mereka tak hanya mengajarkanku tentang iman dan islam, namun juga
arti kehidupan. Dalam kesederhanaan, mereka senantiasa memberikan senyuman.
Dalam kesulitan mereka tetap mengajarkan kebahagiaan. Dan dalam setiap
rintangan mereka selalu menceritakan kisah kisah perjuangan.
Mereka salah
satu alasanku untuk bersemangat pergi ke TPA setiap hari. Apapun yang terjadi, meski lupa
minta uang untuk naik labi-labi, panas ataupun hujan, bahkan desingan peluru di telinga sekalipun, aku tetap harus datang mengaji. Aku begitu sayang
dan mencintai mereka. karena setiap hal yang mereka katakan, selalu menjadi
penyemangatku untuk berbuat kebaikan.
Pernah saat aku
menyerah untuk menghafal salah satu surat pendek dalam Al-qur’an, ustadz Rahmat
mengajakku dan teman-teman sebayaku untuk menghafal bersama. Siapa yang lebih
dulu menghafal, maka akan mendapat coklat. anak umur 6 tahun mana yang menolak hadiah coklat. Mungkin itu salah satu barang mahal bagi kami. Aku pun sangat bersemangat dalam menghafal. Pada akhirnya aku berhasil
mendapat coklat, dan setiap dari temanku pun mendapat hadiah yang berbeda dari ustadz
Rahmat.
Aku rindu
sekali ustadz-ustadzahku. Mereka tidak hanya mengajarkanku untuk berlomba-lomba
dalam kebaikan namun juga menghindari hal-hal yang Allah tidak suka. Pernah saat
aku liburan sekolah dan ingin sekali rasanya membuka jilbab, kemudian seringkali aku
teringat kata-kata mereka, membayangkan wajah dan perasaan mereka. Seketika itu pula aku enggan melakukannya. malu pada mereka dan malu pada Allah tentunya. Mereka salah satu contohku dan juga guru terbaikku.
2002 kami sekeluarga pindah ke Jambi. Dan tak satu pun kontak ustadz-ustadzah yang kumiliki. Semua
hilang bagai ditelan bumi. 2004 terdengarlah kabar Aceh di timpa Tsunami..
seluruh dunia berduka cita dan turut berbagi. Berbagai info terus kucari, namun
tak jua kudapati. Sampai detik ini pun aku ingin sekali mengetahui, dimanakah
keberadaan guru-guruku saat ini.. apa kabar para guru masa kecilku dalam
mengaji? Adakah kalian masih tersenyum dan mengabdi?
Merangkai kapal berkayu jati
Berpahat indah untaian jemari
Salam hormatku dari lubuk hati
Tuk guru kehidupan dipelosok negri
(cerita ini ditulis untuk MALAM NOSTALGIA
MASA KECIL OWOP FAMILY)
Guten Abend Deutschland und Gute Nacht
Indonesien
19:12 CET
From Library with love,
@rizkachab for #VisitBandaAceh2015 :D
merinding ngebaca endingnya. moga2 guru2 ngajinya masih sehat2 saja :(
AntwortenLöschen