Dienstag, 17. Februar 2015

APA KABAR GURU NGAJIKU

Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh
doc: https://alficrot.files.wordpress.com/2012/03/aceh-baiturrahman.jpg


13 tahun sudah aku tak mengunjungi Banda Aceh. salah satu kota masa kecilku. Sejak TK aku berada disana. Lima tahun lebih kami sekeluarga tinggal di Banda Aceh, dan tentu begitu banyak kenangan yang dirasa. Begitupun oleh saudara-saudaraku yang lain. Banda Aceh begitu luar biasa kala itu.  Bagaikan seseorang yang sedang diuji dan terluka di sekujur tubuh, namun ia tetap tegar, tak menjauh dari Tuhannya, dan tetap berprinsip keimanan bahwa Allah swt akan selalu bersamanya.

Walaupun Banda Aceh termasuk daerah konflik kala itu, tembak tembakan disana sini, tangisan mama saat mengetahui kak kiki atau bang iim belum pulang dikala maghrib, ataupun tamu-tamu tak diundang yang tiba-tiba datang kerumah menghampiri. Semua menyimpan sejuta memori. Hal-hal yang kusaksikan oleh panca inderaku, namun sedikitpun tak mengganggu masa kecilku. Sama sekali tidak pernah menyurutkan semangatku untuk bermain, belajar dan beraktifitas. Justru Banda Aceh menjadi kota yang membuatku banyak belajar.

Ada banyak kegiatan masa kecilku yang mengesankan di Aceh, mulai dari menuntut ilmu di madrasah ibtidayah, bermain sepuasnya bersama teman komplekku disiang bolong, pergi ke TPA di sore hari, dan bermain di pantai hampir setiap akhir pekan menjadi sarana rekreasi tersendiri bagiku dan keluarga.

Diantara semua kegiatan tadi, pergi ke TPA-lah yang menjadi aktifitas favoritku. Bermain dan belajar lengkap menjadi satu di tempat bersejarah itu, TPA Al-muttaqin namanya. Tak jauh dari komplek tempat tinggalku. Disana ada banyak ustadz-ustadzah yang menarik perhatian. Mereka tak hanya mengajarkanku tentang iman dan islam, namun juga arti kehidupan. Dalam kesederhanaan, mereka senantiasa memberikan senyuman. Dalam kesulitan mereka tetap mengajarkan kebahagiaan. Dan dalam setiap rintangan mereka selalu menceritakan kisah kisah perjuangan.

Mereka salah satu alasanku untuk bersemangat pergi ke TPA setiap hari. Apapun yang terjadi, meski lupa minta uang untuk naik labi-labi, panas ataupun hujan, bahkan desingan peluru di telinga sekalipun, aku tetap harus datang mengaji. Aku begitu sayang dan mencintai mereka. karena setiap hal yang mereka katakan, selalu menjadi penyemangatku untuk berbuat kebaikan.

Pernah saat aku menyerah untuk menghafal salah satu surat pendek dalam Al-qur’an, ustadz Rahmat mengajakku dan teman-teman sebayaku untuk menghafal bersama. Siapa yang lebih dulu menghafal, maka akan mendapat coklat. anak umur 6 tahun mana yang menolak hadiah coklat. Mungkin itu salah satu barang mahal bagi kami. Aku pun sangat bersemangat dalam menghafal. Pada akhirnya aku berhasil mendapat coklat, dan setiap dari temanku pun mendapat hadiah yang berbeda dari ustadz Rahmat.

Aku rindu sekali ustadz-ustadzahku. Mereka tidak hanya mengajarkanku untuk berlomba-lomba dalam kebaikan namun juga menghindari hal-hal yang Allah tidak suka. Pernah saat aku liburan sekolah dan ingin sekali rasanya membuka jilbab, kemudian seringkali aku teringat kata-kata mereka, membayangkan wajah dan perasaan mereka. Seketika itu pula aku enggan melakukannya. malu pada mereka dan malu pada Allah tentunya. Mereka salah satu contohku dan juga guru terbaikku.

2002 kami sekeluarga pindah ke Jambi. Dan tak satu pun kontak ustadz-ustadzah yang kumiliki. Semua hilang bagai ditelan bumi. 2004 terdengarlah kabar Aceh di timpa Tsunami.. seluruh dunia berduka cita dan turut berbagi. Berbagai info terus kucari, namun tak jua kudapati. Sampai detik ini pun aku ingin sekali mengetahui, dimanakah keberadaan guru-guruku saat ini.. apa kabar para guru masa kecilku dalam mengaji? Adakah kalian masih tersenyum dan mengabdi?

Merangkai kapal berkayu jati
Berpahat indah untaian jemari
Salam hormatku dari lubuk hati
Tuk guru kehidupan dipelosok negri


(cerita ini ditulis untuk MALAM NOSTALGIA MASA KECIL OWOP FAMILY)

Guten Abend Deutschland und Gute Nacht Indonesien
19:12 CET
From Library with love,

@rizkachab for #VisitBandaAceh2015 :D

1 Kommentar:

  1. merinding ngebaca endingnya. moga2 guru2 ngajinya masih sehat2 saja :(

    AntwortenLöschen