dari kejauhan: masjid Kuba, Madinah
EDISI COPAS Bitte
schön ~> BILAL BIN RABAH
Tahukah Anda.. Berapa yang
dikeluarkan Abu Bakar ash Shiddiq ketika membebaskan Bilal bin Rabah dari
perbudakan? Ketika itu Umaiyah bin Khalaf mematok harga 9 uqiyah emas. Dan dengan
segera Abu Bakar radhiallah ‘anhu langsung menebusnya. 1 uqiyah emas = 31,7475
gr emas 285,73 gr x Rp 400.000,00 = Rp 114.291.000,00 Dan itu baru satu
pembebasan, belum lagi dengan pembebasan budak lainnya. Inilah upaya mereka berniaga dengan Allah Ta’ala, membeli surga-Nya yang
mahal harganya. BAGAIMANA DENGAN SAYA, DAN ANDA…….?
Adzan Terakhir Sahabat Bilal
Semua pasti tahu, bahwa pada masa Nabi, setiap masuk waktu sholat, maka
yang mengkumandankan adzan adalah Bilal bin Rabah. Bilal ditunjuk karena
memiliki suara yang indah. Pria berkulit hitam asal Afrika itu mempunyai suara
emas yang khas. Posisinya semasa Nabi tak tergantikan oleh siapapun, kecuali
saat perang saja, atau saat keluar kota bersama Nabi. Karena beliau tak pernah berpisah
dengan Nabi, kemanapun Nabi pergi. Hingga Nabi menemui Allah ta’ala pada awal
11 Hijrah. Semenjak itulah Bilal menyatakan diri tidak akan mengumandangkan
adzan lagi. Ketika Khalifah Abu Bakar Ra. memintanya untuk jadi mu’adzin
kembali, dengan hati pilu nan sendu bilal berkata: “Biarkan aku jadi muadzin
Nabi saja. Nabi telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi.”
Abu Bakar terus mendesaknya, dan
Bilal pun bertanya: “Dahulu, ketika engkau membebaskanku dari siksaan Umayyah
bin Khalaf. Apakah engkau membebaskanmu karena dirimu apa karena Allah?.” Abu
Bakar Ra. hanya terdiam. “Jika engkau membebaskanku karena dirimu, maka aku
bersedia jadi muadzinmu. Tetapi jika engkau dulu membebaskanku karena Allah,
maka biarkan aku dengan keputusanku.” Dan Abu Bakar Ra. pun tak bisa lagi
mendesak Bilal Ra. untuk kembali mengumandangkan adzan.
Kesedihan sebab ditinggal wafat Nabi
Saw., terus mengendap di hati Bilal Ra. Dan kesedihan itu yang mendorongnya
meninggalkan Madinah, dia ikut pasukan Fath Islamy menuju Syam, dan kemudian
tinggal di Homs, Syria. Lama Bilal Ra tak mengunjungi Madinah, sampai pada
suatu malam, Nabi Saw hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya: “Ya Bilal, wa
maa hadzal jafa’? Hai Bilal, kenapa engkau tak mengunjungiku? Kenapa sampai
begini?.” Bilal pun bangun terperanjat, segera dia mempersiapkan perjalanan ke
Madinah, untuk ziarah pada Nabi. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Nabi.
Setiba di Madinah, Bilal bersedu
sedan melepas rasa rindunya pada Nabi Saw., pada sang kekasih. Saat itu, dua
pemuda yang telah beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya adalah cucunda Nabi
Saw., Hasan dan Husein. Sembari mata sembab oleh
tangis, Bilal yang kian beranjak tua memeluk kedua cucu Nabi Saw itu. Salah
satu dari keduanya berkata kepada Bilal Ra.: “Paman, maukah engkau sekali saja
mengumandangkan adzan buat kami? Kami ingin mengenang kakek kami.” Ketika itu,
Umar bin Khattab yang telah jadi Khalifah juga sedang melihat pemandangan
mengharukan itu, dan beliau juga memohon Bilal untuk mengumandangkan adzan,
meski sekali saja.
Bilal pun memenuhi permintaan itu. Saat waktu shalat tiba, dia naik pada
tempat dahulu biasa dia adzan pada masa Nabi Saw masih hidup. Mulailah dia
mengumandangkan adzan. Saat lafadz “Allahu Akbar” dikumandangkan olehnya,
mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktifitas terhenti, semua terkejut,
suara yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang mengingatkan pada sosok nan
agung, suara yang begitu dirindukan, itu telah kembali. Ketika Bilal
meneriakkan kata “Asyhadu an laa ilaha illallah”, seluruh isi kota madinah
berlarian ke arah suara itu sembari berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan
mereka pun keluar.
Dan saat bilal mengumandangkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”,
Madinah pecah oleh tangisan dan ratapan yang sangat memilukan. Semua menangis, teringat masa-masa
indah bersama Nabi, Umar bin Khattab yang paling keras tangisnya. Bahkan Bilal
sendiri pun tak sanggup meneruskan adzannya, lidahnya tercekat oleh air mata
yang berderai.
Hari itu, madinah mengenang masa
saat masih ada Nabi Saw. Tak ada pribadi agung yang begitu dicintai seperti
Nabi Saw. Dan adzan itu, adzan yang tak bisa dirampungkan itu, adalah adzan
pertama sekaligus adzan terakhirnya Bilal Ra, semenjak Nabi Saw wafat. Dia tak
pernah bersedia lagi mengumandangkan adzan, sebab kesedihan yang sangat segera
mencabik-cabik hatinya mengenang seseorang yang karenanya dirinya derajatnya
terangkat begitu tinggi.
Semoga kita dapat merasakan
nikmatnya Rindu dan Cinta seperti yang Allah karuniakan kepada Sahabat Bilal
bin Rabah Ra. Aamiin
Sepenggal cerita
yang meneteskan air mata saya dan beberapa teman pagi ini, begitu haru, begitu
rindu, ketika nama Rasulullah SAW hadir disini.. semoga kisah ini menjadi
pelajaran bersama dan bermanfaat untuk kita. Aamiin ya Rabb.. JUM’AT MUBARAK
SEMUA!!! :‘D
Menebang pohon
di kebun rambutan
Pohon ditebang
tuk membuat sampan
Mencintai Rasulullah
adalah kenikmatan
MeneladaniNya
bagian dari kerinduan
Liebe Grüße,
@rizkachab
buat pos tentang ODOJ dong, klo bs plus sama makna dan arti satu juz yang dibaca itu..
AntwortenLöschen